Patih Gajah Mada, Sejarah Pemersatu Nusantara Zaman Majapahit

Patih Gajah Mada, Sejarah Pemersatu Nusantara Zaman Majapahit

Patih Gajah Mada, Sejarah Pemersatu Nusantara Zaman Majapahit

Beberapa catatan sejarah yang perlu untuk Anda ketahui, Patih Gajah Mada merupakan tokoh Indonesia yang terkenal dengan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara. Memiliki nama lain Jirnnodhara, dia menjadi panglima perang serta Perdana Menteri (Mahapatih) yang memberi pengaruh besar pada Kerajaan Majapahit.

Dia memulai karir pada tahun 1313, lalu diangkat menjadi Patih pada pemerintahan Sri Jayanagara setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti. Dia juga menjadi Patih (Perdana Menteri) pada pemerintahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi hingga kekuasaan Hayam Wuruk.

Mengenal Patih Gajah Mada Zaman Majapahit

Patih Gajah Mada terkenal dengan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara dan menjadi inspirasi dalam persatuan Indonesia di masa kemerdekaan.

Meskipun termasuk salah satu tokoh sentral yang berpengaruh terhadap Nusantara, namun hanya sedikit catatannya. Berikut adalah beberapa catatan sejarah tentang Perdana Menteri Zaman Majapahit ini.

1. Arti Nama

Gajah mengacu pada hewan besar yang disegani hewan lain, juga menjadi wahana atau tunggangan Dewa Indra dalam mitologi Hindu. Gajah juga dihubungkan pada Ganesa, yaitu dewa dengan kepala gajah dan berbadan manusia, merupakan putra Siwa dan Parwati.

Sementara itu, Mada dalam Jawa Kuno memiliki arti mabuk, sehingga bisa dibayangkan seekor gajah mabuk pasti akan berjalan seenaknya, beringas, juga menerabas semua rintangan. Dari nama tersebut, nama Gajah Mada memiliki tafsiran dalam dia sifat.

Sifat pertama, Patih Gajah Mada menganggap dirinya sebagai wahana raja, serta menjadi pelaksana perintah raja. Kedua, dia orang yang mabuk dan beringas dalam menghadapi rintangan yang menjadi penghambat kemajuan kerajaan.

Dalam prasasti tertulis bahwa julukan Perdana Menteri Majapahit ini adalah Rakryan Mapatih Jirnnodhara. Ada yang menganggap bahwa julukan ini hanya sebagai gelaran saja, namun ada juga yang berpendapat bahwa Rakryan Mapatih Jirnnodhara merupakan nama resminya.

2. Biografi

Tidak banyak informasi dalam sumber sejarah mengenai awal kehidupan Patih Gajah Mada selain dilahirkan dari seorang biasa. Karirnya baru naik ketika menjadi Bekel Bhayangkara (kepala pasukan pengawal Raja) pada pemerintahan Prabu Jayanagara (1309-1328).

Sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara, dia berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara dari pemberontakan Ra Kuto. Sebagai balas jasa, dia diangkat menjadi patih Kahuripan, lalu menjadi Patih di Daha dua tahun kemudian menggantikan Arya Tilam.

Patih Gajah Mada ditunjuk sebagai Patih Amangkubhumi pada masa Ibusuri Gayatri, namun baru menerimanya ketika sudah membuat jasa. Setelah menaklukkan pemberontakan Keta dan Sadeng, dia diangkat menjadi Patih Amangkubgumi secara resmi tahun 1329.

3. Sumpah Palapa

Pada tahun 1334, Patih Amangkubhumi mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa dia tidak akan amukti palapa sebelum menaklukkan Nusantara. Amukti palapa sendiri bisa dimaknai secara sederhana ‘menikmati kesenangan’ atau ‘menikmati istirahat’.

Patih Gajah Mada kemudian melaksanakan misi politik dalam menyatukan Nusantara selama 21 tahun, yaitu tahun 1336 – 1357. Misi utamanya adalah menundukkan negara di luar wilayah Majapahit, termasuk di seberang lautan termasuk Tumasik (Singapura)

Walaupun ada yang meragukan sumpahnya, namun Mahapatih Majapahit dapat menaklukkan Nusantara dengan bantuan Laksamana Nala. Misi ini masih terus dilanjutkan hingga pemerintahan Hayam Wuruk yang menggantikan Tribhuwana Tunggadewi.

4. Perang Bubat

Perang Bubat (1357) bermula ketika Prabu Hayam Wuruk melamar Putri Kerajaan Sunda Galuh, Dyah Pitaloka Citraresmi sebagai permaisuri. Lamaran tersebut diterima, lalu rombongan Kerajaan Sunda Galuh datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan.

Patih Gajah Mada ingin Sunda Galuh takluk dan memaksa Dyah Pitaloka sebagai persembahan serta pengakuan kekuasaan Majapahit. Pihak Sunda Galuh menolak dan terjadilah pertempuran tidak seimbang pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat.

Dyah Pitaloka Citraresmi kemudian mengakhiri hidupnya sendiri setelah ayah dan seluruh rombongan gugur dalam pertempuran. Hal tersebut juga membuat langkah diplomasi Hayam Wuruk gagal sehingga Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatan.

5. Akhir Hidup

Meski memiliki peran yang sangat besar di Kerajaan Majapahit, namun masih tidak diketahui secara pasti akhir hidup Gajah Mada hingga saat ini. Ada beberapa sumber yang menunjukkan bagaimana akhir hidup Mahapatih Majapahit ini.

Sumber pertama dari Kakawin Nagarakretagama oleh Mpu Prapanca yang menceritakan akhir hidup Patih Gajah Mada dengan kematian wajar pada tahun 1364. Dia diceritakan menarik diri setelah Peristiwa Bubat dan memilih hidup sebagai pertapa di Madakaripura.

Sementara itu, Kidung Sunda menyebutkan bahwa Mahapatih Majapahit ini tidak meninggal, namun moksa dengan pakaian kebesaran seperti Dewa Wisnu. Namun, ada pendapat bahwa dia menghilang akan tragedi Bubat dan meninggal karena sakit.

6. Penghormatan

Meskipun tidak memiliki banyak catatan sejarah, namun Patih Gajah Mada sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tokoh bersejarah ini telah menjadi inspirasi bagi revolusi nasional Indonesia dalam usaha memerdekakan diri dari kolonial Belanda.

Para pemimpin bangsa seperti Soekarno dan Mohammad Yamin juga sering menggunakan sumpah Palapa sebagai inspirasi bangsa Indonesia dapat bersatu. Hal tersebut terbukti, sebab Indonesia akhirnya bisa bersatu meliputi wilayah luas dan budaya beragam

Tidak hanya itu, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta juga menggunakan nama dari Mahapatih Majapahit ini. Satelit telekomunikasi Indonesia pertama yang menonjolkan pemersatu telekomunikasi masyarakat Indonesia juga disebut Satelit Palapa.

Mahapatih Gajah Mada memiliki misi mempersatukan Nusantara sehingga Kerajaan Majapahit menjadi besar dengan kekuasaan luas. Tidak mengherankan Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada menjadi inspirasi dalam mempersatukan Indonesia di masa kemerdekaan.

Back To Top